Bagaimana Bank Dunia mendukung situs warisan dunia terbaru di Indonesia, dan mengapa hal ini penting

This page in:
The cosmological axis of Yogyakarta and its historicheritage landmarks. Photo: © Tepas Tandha Yekti, Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat/UNESCO The cosmological axis of Yogyakarta and its historicheritage landmarks. Photo: © Tepas Tandha Yekti, Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat/UNESCO

Di jantung Indonesia, di mana Gunung Merapi yang memukau menaungi Samudera Indonesia yang tenang, sebuah poros sepanjang enam kilometer telah lama menjadi penjaga budaya dan kepercayaan kosmik Jawa. Pada bulan September 2023, Sumbu Filosofi Yogyakarta secara resmi dinyatakan sebagai situs Warisan Dunia UNESCO yang terbaru di dunia. Penetapan sebagai Warisan Dunia ini akan membantu meningkatkan industri pariwisata budaya Indonesia yang sedang berkembang dan merupakan hasil kolaborasi erat antara Pemerintah Indonesia, masyarakat setempat, dan para mitra pembangunan termasuk Bank Dunia.

Pembangunan Kepariwisataan dan Bank Dunia

Selama lima tahun terakhir, Bank Dunia bekerja sama secara erat dengan Pemerintah Indonesia dalam mebiayai dan mendukung pembangunan pariwisata dan bertanggung jawab di enam tujuan pariwisata utama di negara ini. Mulai dari monumen budaya seperti yang ada di Yogyakarta, hingga beberapa taman nasional dengan keberagaman ekologis tertinggi di dunia, serta berbagai tempat trekking dan penyelaman kelas dunia. Upaya ini bertujuan untuk membantu melestarikan dan menunjukkan kepada dunia berbagai aset budaya dan alam Indonesia yang unik, dan dalam proses tersebut mendorong  pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan bertanggung jawab dalam konteks lingkungan hidup bagi generasi mendatang.

Image

Pemandangan Poros Kosmologis dari atas, diambil dari atas Plengkung Nirbaya, sebuah gerbang dan monumen bersejarah. Foto: ©Unit Pengelola Poros Kosmologis Yogyakarta

 

Warisan Kosmik

Sumbu Filosofi Yogyakarta dan Penanda Bersejarahnya  adalah bukti nyata dari kekayaan budaya dan sejarah Indonesia. Sumbu utara-selatan sepanjang enam kilometer membentang dari Gunung Merapi ke Samudera Indonesia. Di tengah-tengah poros tersebut terdapat sebuah istana (Keraton), dan di sekelilingnya terdapat beberapa monumen terkait. Sumbu ini merupakan perwujudan kepercayaan mendasar tentang kosmos dalam budaya Jawa, termasuk di dalamnya penanda siklus kehidupan. Tangga batu dengan ukiran detail yang rumit melambangkan stabilitas dan hirarki masyarakat Jawa, sementara pembagian tiga bagian bangunan berkaitan dengan tiga alam dalam kosmologi Jawa: dunia manusia, atmosfer, dan langit. Sejak didirikan pada abad ke-18, poros ini telah menjadi pusat pemerintahan dan tradisi budaya Jawa.

Image

Map of the Cosmological Axis of Yogyakarta. Map: © Management Unit for the Cosmological Axis of Yogyakarta


Sebagai situs Warisan Dunia yang kesepuluh di Indonesia, Sumbu Filosofi Yogyakarta menandai komitmen Indonesia yang terus berkembang untuk berbagi kekayaan aset budayanya dengan dunia. Melindungi warisan budaya juga membantu Indonesia untuk menumbuhkan dan mendiversifikasi ekonomi pariwisatanya, yang saat ini mencakup sekitar 5 persen dari PDB negara. Dengan sekitar 80 persen dari pengeluaran pengunjung obyek pariwisata yang masuk ke dalam perekonomian Indonesia, maka pariwisata berkualitas tinggi dapat memberikan dorongan besar bagi pertumbuhan negara. Status Warisan Dunia juga akan mendatangkan lebih banyak pendanaan internasional untuk tujuan pelestarian dari Sumbu tersebut, yang tidak hanya mendukung perlindungan fisik, tetapi juga partisipasi masyarakat dan inisiatif pemberdayaan.

Rencana Induk yang Visioner

Salah satu dasar penganugerahan status Warisan Dunia ini adalah hasil dari sebuah rencana yang disusun selama hampir lima tahun lamanya. Dimulai pada tahun 2018, Lembaga pemerintahan, masyarakat lokal, dan para mitra sektor swasta berkumpul untuk mempersiapkan Rencana Induk Pariwisata Terpadu (Integrated Tourism Master Plan/ITMP) untuk Yogyakarta dan sekitarnya, yang didanai dan didukung oleh Bank Dunia. ITMP berfungsi sebagai cetak biru yang mewadahi dan mengartikulasi visi bersama pemerintah, masyarakat, dan penyandang dana untuk pengembangan pariwisata. Visi utama dari ITMP adalah “menjadi destinasi pariwisata berkelanjutan berkelas dunia, melalui pelestarian kearifan Jawa”.

ITMP untuk Yogyakarta dan daerah sekitarnya saat ini telah rampung, dan seperti halnya ITMP lainnya di Indonesia, diharapkan dapat diadopsi dalam bentuk Peraturan Presiden untuk menetapkan prioritasnya di dalam hukum nasional. Alih-alih memprioritaskan proyek-proyek pembangunan baru seperti yang kerap terjadi di masa lalu, rencana ini menekankan peremajaan dan perlindungan terhadap atraksi wisata dan monumen yang telah ada. Upaya bersama untuk melindungi dan melestarikan aset budaya setempat ini menjadi faktor kunci dalam keputusan UNESCO untuk menganugerahi status Warisan Dunia kepada sumbu ini.

Berinvestasi pada Masyarakat

Selain melindungi aset budaya, ITMP juga berfokus pada pendistribusian manfaat ekonomi pariwisata Kembali kepada masyarakat setempat, memprioritaskan investasi seperti peningkatan mutu air dan sanitasi, perbaikan jalan dan trotoar, serta dukungan untuk usaha kecil dan pekerja lokal. Pendekatan ini memastikan bahwa pertumbuhan pariwisata mampu memperkaya komunitas yang disentuhnya, sekaligus melestarikan warisan budaya yang dapat menarik pengunjung.

Mendapatkan status Warisan Dunia yang didambakan bukanlah tujuan akhir, akan tetapi menandai awal dari perjalanan panjang yang berfokus pada pengelolaan yang efektif, konservasi warisan budaya, serta perlindungan terhadap destinasi yang signifikan dan penting. Visi dan rencana pariwisata yang terdefinisi dengan baik, seperti yang terangkum di dalam ITMP, akan membantu Lembaga-lembaga pemerintahan dan para pemangku kepentingan terkait dalam mempertahankan status Warisan Dunia serta mendorong dampak positif pada eksposurnya, terutama dalam meningkatkan sektor pariwisata.

Selain pada ITMP, Bank Dunia juga bekerja sama dengan pemerintah daerah dan masyarakat setempat dalam mendukung pelatihan bagi staf lokal dalam hal perlindungan warisan budaya serta serangkaian kegiatan peningkatan kesadaran dan pelatihan pengembangan pariwisata bagi masyarakat setempat. Melalui perencanaan yang baik dan partisipasi aktif, diharapkan Yogyakarta akan berkembang sebagai situs Warisan Budaya Dunia yang menghasilkan dampak dan manfaat positif bagi masyarakatnya.

Sumbu Filosofi Yogyakarta kini terbuka bagi dunia, mengundang para wisatawan untuk menjelajahi budaya Indonesia yang kaya dan abadi. Dengan merangkul warisan budaya sebagai katalisator pariwisata, Indonesia telah membuat langkah baru yang signifikan dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan.

 

Inisiatif Pengembangan Pariwisata di Indonesia

The Indonesia Tourism Development Project (ITDP) merupakan upaya penting yang didukung oleh Pemerintah Indonesia, dengan dukungan finansial yang signifikan dari Bank Dunia senilai US$300 juta dan hibah dari Pemerintah Swiss (SECO). Proyek ini bukan semata-mata tentang pariwisata – tetapi lebih tentang pariwisata yang berkelanjutan dan bertanggung jawab. Proyek ini menjangkau wilayah luas, dengan fokus pada enam destinasi utama yang menyoroti kekayaan budaya dan alam Indonesia. Termasuk di dalamnya adalah Sumbu Filosofi Yogyakarta yang baru saja diakui dunia serta Taman Nasional Komodo yang menakjubkan, rumah satu-satunya bagi Komodo (Varanus komodoensis) di dunia. Di luar situs-situs tersebut, dukungan ITDP untuk Rencana Induk Pariwisata Terpadu di berbagai daerah memastikan bahwa pertumbuhan pariwisata Indonesia tidak hanya kaya, tetapi juga berkelanjutan untuk generasi mendatang.


Authors

Salman Alibhai

Senior Operations Officer, World Bank

Alexandre Laure

Senior Private Sector Specialist

Join the Conversation

The content of this field is kept private and will not be shown publicly
Remaining characters: 1000