Pekerjaan manufaktur di industri global sebagai pendorong utama penciptaan lapangan kerja kelas menengah di Indonesia

This page in:
Pekerja pabrik tekstil. Foto: Shutterstock.com Pekerja pabrik tekstil. Foto: Shutterstock.com

Ketika Tjokrosaputro memulai perusahaan tekstil keluarganya pada tahun 1974 di Solo, Jawa Tengah, satu-satunya karyawannya adalah dua putranya. Namun, dalam beberapa dekade, perusahaannya, Dan Liris, berubah menjadi salah satu produsen tekstil dan garmen terintegrasi terbesar di Indonesia, memasok produk untuk perusahaan-perusahaan global terkenal di lebih dari 20 negara dan juga pasar domestik Indonesia. Dalam prosesnya, Dan Liris memperluas tenaga kerjanya menjadi lebih dari 8,000 individu dan sekarang Dan Liris dapat berbangga dengan kompensasi yang adil dan beasiswa pendidikan yang ditawarkan kepada keluarga karyawannya.

Menurut laporan Bank Dunia, Langkah-langkah Menuju Pekerjaan Kelas Menengah di Indonesia, sumber penciptaan lapangan kerja yang baik di Indonesia banyak ditemukan di perusahaan domestik yang terintegrasi langsung dengan industri global  seperti Dan Liris atau di perusahaan global yang mendirikan afiliasi lokal di Indonesia.  Selain menyediakan lebih banyak lapangan kerja, pekerjaan dari perusahaan semacam ini juga cenderung membayar rata-rata gaji di atas rata-rata gaji di perusahaan lainnya yang memungkinkan lebih banyak rumah tangga Indonesia bergabung dengan kelas menengah. Untuk mendorong terciptanya “pekerjaan kelas menengah” di Indonesia – yang didefinisikan sebagai pekerjaan yang memungkinkan rata-rata rumah tangga Indonesia memiliki gaya hidup kelas menengah – membutuhkan dukungan berbagai pemangku kepentingan untuk mengembangkan generasi baru perusahaan-perusahaan semacam itu.

Pada tahun 2018, sektor manufaktur secara keseluruhan memberikan kontribusi jumlah pekerjaan kelas menengah tertinggi di Indonesia dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya. Banyak dari pekerjaan ini berasal dari perusahaan manufaktur menengah dan besar. Namun, penciptaan lapangan kerja di perusahaan manufaktur menengah dan besar berfluktuasi secara signifikan dalam tiga dekade terakhir (Gambar 1). Dimulai pada awal 1990-an, pertumbuhan ekspor manufaktur menghasilkan angkatan kerja yang berkembang pesat di perusahaan manufaktur besar dan menengah. Ini tiba-tiba terhenti oleh krisis keuangan Asia pada tahun 1997-1998. Periode ini diikuti oleh dekade “pengosongan” atau  “hollowing-out” (2000-2009) ketika rata-rata penciptaan lapangan kerja tahunan di perusahaan manufaktur menengah dan besar turun menjadi hanya 12.798 pekerjaan baru, dibandingkan dengan 258.681 pekerjaan baru yang rata-rata terciptakan setiap tahunannya antara tahun 1991 dan 1996. Perkembangan dan dinamisme perusahaan manufaktur Indonesia pasca krisis keuangan Asia terhambat dengan semakin sedikitnya perusahaan baru yang masuk dan bertahan, sehingga pekerjaan semakin banyak diserap oleh perusahaan yang cenderung tua dan besar.

Namun, antara tahun 2010 dan 2015 Indonesia mengalami perubahan haluan dengan pekerjaan manufaktur yang tumbuh secara rata-rata lebih dari 150.000 pekerjaan baru setiap tahun, meskipun tingkat penciptaan lapangan kerja tersebut tidak kembali ke tingkat sebelum krisis. Sebagian besar pekerjaan baru ini ditemukan di sektor manufaktur yang berorientasi ekspor seperti tekstil, garmen, dan pakaian jadi. 

 

The link to global industry is key for middle-class job creation


Dua jenis perusahaan mendorong penciptaan lapangan kerja baru ini: perusahaan domestik yang produktif dengan hubungan ke industri global dan perusahaan milik asing. Perusahaan milik asing telah berperan penting dalam penciptaan lapangan kerja di industri manufaktur menengah dan besar. Lebih dari itu, pada tahun 2015, perusahaan-perusahaan ini mempekerjakan lebih dari tujuh kali lebih banyak pekerja daripada yang mereka pekerjakan pada tahun 1990. Bersamaan dengan itu, pangsa perusahaan milik asing dari total jumlah perusahaan dalam industri manufaktur menengah dan besar meningkat dari tujuh persen pada tahun 1990 menjadi 26 persen pada tahun 2015. Di tahun 2011, sekitar setengah dari pekerjaan di perusahaan milik asing ada di perusahaan-perusahaan milik asing yang mengekspor 50 persen atau lebih dari produksi mereka. Perusahaan-perusahaan tersebut juga memberikan keuntungan tambahan dengan membayar upah rata-rata yang jauh lebih tinggi daripada perusahaan-perusahaan domestik (Gambar 2) dan lebih mungkin memberikan remunerasi yang terkait dengan pekerjaan kelas menengah (Gambar 3), yang sebagian besar dapat dijelaskan oleh produktivitas yang lebih tinggi. Tambahan pertumbuhan pekerjaan lainnya datang dari perusahaan domestik dengan produktivitas yang lebih tinggi, yang cenderung mengekspor lebih banyak produksi mereka. Dalam kedua kasus tersebut, kaitan dengan industri global adalah kunci untuk penciptaan lapangan kerja kelas menengah.
 

The link to global industry is key for middle-class job creation


Untuk menciptakan lebih banyak pekerjaan kelas menengah ke depan, Indonesia harus fokus untuk membuka kunci masuk dan pertumbuhan perusahaan-perusahaan baru yang terintegrasi dengan rantai nilai global.  Untuk mendukung upaya ini, penting untuk melonggarkan pembatasan investasi asing langsung di sektor-sektor yang berpotensi menciptakan lapangan kerja kelas menengah, meningkatkan akses ke input produksi, pasar, dan talenta asing berketerampilan tinggi yang dibutuhkan di Indonesia. Seiring dengan reformasi yang sedang berjalan untuk menutup kesenjangan dalam infrastruktur, sumber daya manusia, dan layanan keuangan, kerangka peraturan yang lebih dapat diprediksi adalah kunci dari upaya reformasi ini. Selain itu, strategi promosi investasi harus diarahkan ke sektor-sektor yang berpotensi menciptakan lapangan kerja kelas menengah yang dapat diakses oleh tenaga kerja berketerampilan rendah dan perempuan, seperti sektor manufaktur berketerampilan rendah.

Lebih banyak upaya juga diperlukan untuk membantu perusahaan dan pekerja domestik menikmati lebih banyak manfaat dari investasi asing langsung, termasuk dari interaksi dengan perusahaan multinasional melalui mata rantai atau imitasi. Pemerintah Indonesia direkomendasikan untuk mendukung kemitraan antara perusahaan domestik dan multinasional dengan menyediakan layanan informasi, misalnya, tentang persyaratan untuk menyuplai produk multinasional atau tentang pemasok lokal yang potensial. Pemerintah juga dapat menawarkan dukungan proaktif melalui program pelatihan berbasis perusahaan. Interaksi yang meningkat seperti itu membantu memperkuat kapasitas perusahaan dan pekerja lokal, dan pada waktunya menawarkan sumber penciptaan lapangan kerja kelas menengah yang kuat.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang agenda reformasi pekerjaan di Indonesia, akses laporan Bank Dunia: Langkah-langkah Menuju Pekerjaan Kelas Menengah di Indonesia.


Join the Conversation

The content of this field is kept private and will not be shown publicly
Remaining characters: 1000