Saya mau anak saya belajar di sekolah seperti ini

This page in:
Image
Orangtua dan masyarakat akan semakin mendukung sekolah kalau memiliki informasi mengenai sumberdaya sekolah.

Juga tersedia di English

Bertahun-tahun yang lalu, saat saya masih di bangku sekolah, interaksi antara orangtua saya dengan sekolah terbatas hanya saat pembagian raport, juga beberapa kali saat saya sedang bermasalah. Itu saja. Meski anak saya baru berumur satu setengah tahun, saya sudah mulai mencari-cari sekolah yang cocok dan kalau bisa saya tidak mau ia belajar di sekolah seperti saya dulu.

Setelah mengunjungi Sekolah Dasar Negeri 01 Cibuluh, Bogor, sepertinya sekolah ini pilihan yang tepat. Saya suka bagaimana sekolah ini menerapkan manajemen berbasis sekolah – sebuah konsep yang memberikan sekolah otoritas lebih banyak untuk mengatur sumberdaya dan kegiatan belajar-mengajar, tapi tetap mengikuti kurikulum nasional.

Sekolah-sekolah di Indonesia sudah mulai menerapkan manajemen berbasis sekolah dengan tingkat keberhasilan yang berbeda. Namun SD di Bogor ini berhasil menerapkannya untuk meningkatkan prestasi siswanya.

Karena sekolah ini memiliki otoritas lebih untuk mengatur sumberdayanya, transparansi harus diterapkan dan sekolah ini telah menjalankannya dengan baik. Laporan keuangan secara rutin dipasang di papan pengumuman yang bisa dilihat secara umum, juga dikirim ke orangtua dan anggota komite sekolah.

Image
Kepala sekolah, guru, orangtua, dan masyarakat, duduk bersama membahas rencana sekolah – pemandangan yang menarik!

Adanya komite sekolah yang berfungsi dengan baik mungkin menjadi alasan utama keberhasilan sekolah ini. Melalui komite, orangtua dan masyarakat terlibat dalam proses pembuatan keputusan. Ini mencakup wisata sekolah, perencanaan anggaran sekolah, bahkan pemilihan siswa baru. Sekolah ini bahkan sudah satu langkah lebih maju dengan membuat komite kelas untuk membahas hal-hal kecil seperti membeli kipas angin.

Dari pembicaraan dengan anggota komite sekolah, saya temukan bahwa transparansi serta fakta bahwa sekolah selalu mempertimbangkan masukan mereka, merupakan alasan mengapa komite sekolah di sini sangat aktif.

Saya juga terkesan bagaimana komite sekolah pernah mengkonfrontasi media yang mengira sekolah memaksa para orangtua membayar iuran untuk membangun ruang kelas baru. Padahal, ini merupakan inisiatif dari orangtua sendiri melalui komite sekolah, karena mereka tidak ingin anak-anaknya harus masuk siang karena jumlah kelas yang terbatas.

Dengan otoritas lebih untuk mengatur kegiatan belajar-mengajar, guru menjadi semakin inovatif. Berbagai cara telah digunakan untuk membuat belajar menjadi menyenangkan bagi siswa. Para siswa sekarang berlomba datang lebih awal untuk mengambil kertas soal yang jumlahnya terbatas untuk memperoleh bintang. Pergi ke toko-toko di seberang sekolah membantu siswa belajar perbedaan antara barang impor dan ekspor. Orangtua juga terlibat. Misal, ada orangtua yang mengalami tsunami di Aceh datang saat pelajaran IPA untuk membahas masalah bencana alam.

Anak saya kelak tidak perlu belajar di sekolah yang mewah dengan ruang kelas yang ber-AC. Sebagai orangtua, saya ingin sekolah yang transparan juga terlibat dalam menentukan kegiatan sekolah bagaimana sekolah menggunakan sumberdayanya. Saya juga ingin para guru mengajar dengan kreatif agar belajar menjadi menyenangkan.

Menurut pepatah diperlukan sebuah desa untuk membesarkan anak, mungkin manajemen bebasis sekolah merupakan bentuk lain pepatah ini. Bukankan sekolah seperti ini menarik?

[[avp asset="/content/dam/videos/eap/2018/jun/indonesia-_school-based_management_creating_better_opportunities_hd.flv"]]/content/dam/videos/eap/2018/jun/indonesia-_school-based_management_creating_better_opportunities_hd.flv[[/avp]]

Join the Conversation

The content of this field is kept private and will not be shown publicly
Remaining characters: 1000