Mengembangkan sebuah usaha bukanlah sesuatu yang mudah. Terlebih bagi perempuan yang memiliki suatu usaha, ini merupakan tantangan yang besar, khususnya ketika kondisi mereka miskin dan usahanya hanya cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari. Di negara-negara berkembang, 22 persen perempuan tidak melanjutkan usaha mereka karena tidak adanya dana. Menurut Global Entrepreneurship Monitor, perempuan lebih rentan dibandingkan pria menutup usahanya disebabkan masalah keuangan. Sementara itu, simpanan pribadi merupakan sumber yang penting dalam pendanaan usaha, dan hampir 95 persen pelaku usaha menyatakan bahwa mereka menggunakan dana pribadi untuk memulai atau mengembangkan usaha mereka. Akan tetapi, perempuan menghadapi kendala tersendiri dalam menyisihkan tabungan mereka untuk diinvestasikan guna mengembangkan usaha mereka.
Perempuan sebagai pelaku usaha tidak terlalu terlayani oleh lembaga keuangan tradisional. Mereka sering mengalami kendala dalam mengakses rekening tabungan biasa yang disebabkan oleh tingginya biaya transaksi dan bias perlakuan yang merugikan, baik tersirat maupun tersurat. Hal ini membuat mereka beralih ke cara non-formal yang kurang aman, seperti simpanan tunai, yang mungkin malah digunakan untuk hal lain karena mereka menghadapi tekanan keluarga dan sosial yang lebih tinggi dibandingkan pria untuk membagikan simpanan tunai mereka. Kalau pun perempuan dapat menyisihkan keuangan mereka terlepas dari hambatan-hambatan ini, tantangan lain yang dihadapi untuk meraih keuntungan dan mengembangkan usaha mereka adalah kurangnya keahlian bisnis yang dibutuhkan serta memahami sistem keuangan untuk dapat meningkatkan usaha mereka.
Dua uji acak terkendali (randomized control trial) yang baru-baru ini dilakukan, satu di Tanzania dan satu di Indonesia, menguji dampak dua intervensi - secara terpisah dan secara bersamaan - untuk mengatasi kendala ini: program sosialisasi tabungan bergerak dengan tujuan meningkatkan akses perempuan pada tabungan bergerak dan menjadi nasabah, dan program pelatihan bisnis untuk meningkatkan literasi keuangan dan praktik bisnis yang baik.
Di Tanzania, intervensi dalam hal simpanan berfokus untuk memudahkan kendala dari sisi permintaan dalam hal akses perempuan terhadap produk tabungan bergerak. Intervensi ini mencakup sesi pelatihan M-Pawa bagi perempuan pelaku usaha mikro; M-Pawa adalah rekening tabungan bergerak yang terhubung pada M-Pesa yang juga memberikan pelanggan layanan pendanaan mikro. Peserta pelatihan membuka rekening tabungan bergerak, menetapkan tujuan tabungan, dan membuat sistem SMS mingguan sebagai pengingat untuk menabung. Intervensi pelatihan bisnis yang dirancang oleh TechnoServe memberikan 12 sesi grup mingguan selama 12 pekan yang mengajarkan standar praktik bisnis yang baik kepada kelompok perempuan, bagaimana memobilisasi keuangan, pentingnya bekerja secara efisien dan gigih, dan manfaat dari kesetaraan gender dalam masyarakat. Aplikasi pembelajaran telepon seluler interaktif melengkapi pelatihan ini.
Di Indonesia, intervensi dalam hal tabungan menggunakan pendekatan yang berbeda, dengan menargetkan kendala dari sisi persediaan yang menghalangi perempuan untuk memiliki akses terhadap rekening tabungan bergerak. Intervensi ini melibatkan pegawai bank lokal yang berinsentif ‘tinggi’ atau ‘rendah’ untuk menarik nasabah baru dan memberikan pelatihan kepada semua pegawai tentang produk tabungan mobil dan pentingnya menargetkan nasabah perempuan. Intervensi pelatihan bisnis, dirancang dan diimplementasikan oleh Mercy Corps Indonesia, memberikan perempuan pelaku usaha sesi-sesi yang rata-rata berdurasi tiga jam tentang literasi keuangan, tabungan bergerak, dilengkapi dengan tiga sesi pendampingan grup untuk memperkuat pelatihan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di Tanzania dan Indonesia, sosialisasi tabungan bergerak berhasil (jumlah perempuan yang memiliki tabungan bergerak meningkat secara signifikan) dan, ketika dikombinasikan dengan pelatihan bisnis, dampaknya signifikan terhadap hasil usaha jangka menengah dan terhadap individu. Di Tanzania, perempuan yang mengikuti intervensi tabungan bergerak, menabung dua kali lebih banyak dengan menggunakan M-Pawa dan memiliki peluang 14% lebih besar menerima pinjaman bergerak, 4% lebih besar untuk mengembangkan kegiatan usahanya dengan melakukan usaha ke-dua, dan menunjukkan adanya peningkatan kemampuan mereka dari segi pembuatan keputusan dalam rumah tangga mereka, dibandingkan grup kontrol. Sementara itu, perempuan yang mendapatkan sosialisasi tabungan mobil dan pelatihan bisnis dapat menabung empat kali lebih besar di M-Pawa dan memiliki peluang 16% lebih besar daripada grup kontrol untuk mendapatkan pinjaman. Selain itu, mereka juga meningkatkan praktik usaha yang baik sebesar 6%, bekerja dua jam lebih lama dalam seminggu, dan meningkatkan investasi modal mereka sebesar 23%, dibandingkan mereka yang hanya mendapatkan intervensi tabungan bergerak. Dampak ini terlihat 15 bulan setelah pelatihan setelah.
Khususnya, hasil penelitian di Tanzania menunjukkan bahwa total saldo kelompok perempuan tidak benar-benar meningkat, tetapi pemilik perusahaan lebih memindahkan simpanan dan pinjaman dari sumber lain (seperti simpanan tunai) ke aplikasi seluler yang lebih aman.
Di Indonesia, kelompok perempuan yang dilayani oleh pegawai dengan insentif yang besar yang mempromosikan produk tabungan bergerak meningkatkan jumlah tabungan mereka sebesar 7%, sementara kelompok perempuan yang mendapatkan pelatihan bisnis meningkatkan simpanan mereka sebesar 11%, dibandingkan dengan grup kontrol di mana mereka dilayani oleh pegawai yang mempromosikan tabungan bergerak dan mendapatkan insentif rendah meskipun keduanya tidak meningkat secara signifikan. Kelompok perempuan yang menerima kedua intervensi secara terpisah juga meningkatkan aset rumah tangga mereka secara signifikan, 24% untuk perempuan dalam grup pegawai yang mendapatkan insentif tinggi dan 20% untuk kelompok perempuan dalam grup pelatihan bisnis. Perempuan yang mendapatkan pelayanan yang lebih baik dari pegawai bank berinsentif lebih tinggi dan menerima pelatihan dan bimbingan dapat meningkatkan total simpanan mereka secara signifikan sebanyak 24%, meningkatkan saldo tabungan bergerak secara signifikan sebesar 4%, dan dilaporkan lebih berdaya dalam pembuatan keputusan dalam rumah tangga. Bagi sebagian besar dari mereka, dampak ini terlihat setelah satu bulan atau kurang, setelah sesi mentoring terakhir, dan, dalam interval jangka waktu pendek ini kedua intervensi (secara terpisah atau secara bersamaan) tidak memengaruhi pendapatan usaha mereka. Pertanyaan selanjutnya adalah apakah simpanan perempuan yang bertambah ini akan diinvestasikan ke dalam usaha mereka dalam jangka panjang.
Penelitian-penelitian ini menggambarkan bagaimana memudahkan kendala dari sisi persediaan, dengan mensosialisasikan langsung tabungan bergerak dan dengan menambah jumlah pegawai yang sangat termotivasi dengan gaji yang lebih baik, dan bagaimana memudahkan kendala dari sisi permintaan melalui literasi bisnis dan keuangan dapat meningkatkan dampak ini terhadap penyimpanan uang. Fakta menunjukkan bahwa tabungan dan tabungan bergerak meningkatkan kemampuan perempuan dalam membuat keputusan dalam rumah tangga. Namun, dampak menengah ini masih belum cukup untuk meningkatkan keuntungan usaha dan kinerja usaha mereka dalam jangka pendek. Apakah ini masalah waktu, dan akumulasi modal dari tabungan (dan pinjaman) nantinya akan memicu pertumbuhan usaha? Selain itu, apakah ada kendala lain dalam lingkungan usaha tempat perusahaan yang dimiliki perempuan bergerak hanya dapat terbantu dengan adanya intervensi intensif modal? Survey tindak lanjut di Tanzania dan Indonesia akan dapat memberikan masukan tambahan yang menjawab pertanyaan-pertanyaan ini.
Unutuk info selanjutnya mengenai penelitian ini kunjungi situs proyeknya, juga kajian berikut: Short-Term Impacts of Improved Access to Mobile Savings, with and without Business Training: Experimental Evidence from Tanzania, Unequal Ventures: Results from a Baseline Study of Gender and Entrepreneurship in East Java, Indonesia, dan Unequal Ventures Update: Empowering Women Entrepreneurs in East Java, Indonesia.
Join the Conversation