Bagaimana berinvestasi pada pengasuhan anak dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia

This page in:
Early child education activities at Purwosekar Village, Malang District, East Java. Early child education activities at Purwosekar Village, Malang District, East Java.

Pupin Marini adalah ibu satu anak. Setelah anaknya lahir, dia sebetulnya ingin melanjutkan karirnya sebagai staf pemasaran di sektor media untuk mengembangkan potensi diri serta menambah pendapatan keluarga. Namun, seperti jutaan perempuan lainnya di Indonesia yang punya anak kecil, Pupin tidak memiliki banyak pilihan selain tinggal di rumah dan merawat anaknya. Dan, jika ia seperti kebanyakan perempuan di Indonesia, Pupin kemungkinan tidak akan kembali bekerja.

Kisah Pupin menjadi contoh hilangnya kesempatan bagi Indonesia. Masih kurangnya fasilitas pengasuhan anak memaksa banyak perempuan berhenti bekerja di luar rumah. Dengan investasi yang lebih besar pada pengasuhan anak dan pendidikan anak usia dini, Indonesia dapat merebut kembali segmen tenaga kerjanya yang produktif dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

 

Partisipasi angkatan kerja perempuan yang rendah

Tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan Indonesia relatif rendah dibandingkan negara tetangganya, yakni sekitar 53 persen pada tahun 2021. Angka ini tidak mengalami banyak perubahan selama lebih dari dua dekade terakhir, terlepas dari perubahan struktural yang terjadi pada ekonomi, peningkatan taraf pendidikan, penurunan angka pernikahan dini, serta penurunan angka kesuburan. Selain itu, kesenjangan antara angka partisipasi perempuan dan laki-laki dalam angkatan kerja di Indonesia termasuk yang tertinggi di kawasan, yakni sekitar 30 persen. Jika Indonesia dapat meningkatkan partisipasi angkatan kerja perempuan hingga 58 persen, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan bertambah sebesar US$62 miliar (sekitar Rp930 triliun). 

Ditemukan bukti kuat bahwa kurangnya layanan  pengasuhan anak yang terjangkau dan berkualitas adalah kendala utama bagi ibu untuk bekerja. Data dari survei angkatan kerja Indonesia (Sakernas) menunjukkan bahwa sekitar 40 persen perempuan yang awalnya tergolong pekerja penerima upah tidak lagi bekerja setelah menikah dan melahirkan , dan hampir setengah dari para perempuan ini menyebutkan bahwa keluarga merupakan alasan mereka keluar dari angkatan kerja (lihat bagan). Di sisi lain, perluasan akses ke layanan pendidikan anak usia dini berhubungan dengan peningkatan peluang untuk bekerja (Halim et al., 2021).

Image

 

Manfaat Berinvestasi pada Pengasuhan Anak

Mendukung investasi pada pengasuhan dan pengembangan anak usia dini dapat memberikan keuntungan bagi sumber daya manusia dalam jangka panjang bagi generasi pekerja di masa depan. Selain itu, keuntungan ekonomi juga dapat diwujudkan dalam jangka pendek melalui peningkatan partisipasi kerja dan pendapatan perempuan serta peningkatan produktivitas perusahaan. Akhirnya, berinvestasi pada pengasuhan anak dapat menciptakan lapangan kerja: ketika perempuan memasuki pasar tenaga kerja, muncul permintaan yang lebih besar untuk pekerjaan dan  pengasuhan anak.

Akan tetapi proporsi pengeluaran pemerintah Indonesia untuk pengasuhan dan pengembangan anak usia dini secara keseluruhan diperkirakan sekitar 0,04 persen dari PDB, jauh di bawah rekomendasi OECD sebesar 1 persen dari PDB. Bagaimana pengaruh peningkatan pengeluaran pemerintah untuk pengasuhan dan pendidikan anak usia dini bagi Indonesia?

Pengeluaran pemerintah untuk pengasuhan anak dan pendidikan anak usia dini dan total pengeluaran pemerintah untuk pengasuhan dan pendidikan anak usia dini (dalam % dari PDB, 2017 atau data terbaru yang tersedia)

Image

Sumber: OECD (2021), untuk Indonesia berdasarkan perhitungan Bank Dunia untuk anggaran 2019


Menurut kajian Bank Dunia terkini, jika pemerintah meningkatkan belanja negara untuk layanan pengasuhan anak, manfaatnya akan bersifat progresif dan meningkatkan kesejahteraan; seluruh kategori pendapatan akan mendapat manfaat dari intervensi kebijakan ini. Namun, secara khusus manfaatnya akan lebih besar untuk segmen pendapatan yang lebih rendah. Peningkatan pengeluaran pemerintah untuk layanan pengasuhan anak juga akan mendorong lebih banyak perempuan memasuki pasar kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di atas skenario baseline. Model ini disimulasikan dalam dua skenario: belanja negara bertambah menjadi 0,1 persen dan menjadi 0,5 persen dari PDB. Dampak dari peningkatan belanja negara ini terhadap pertumbuhan dan partisipasi angkatan kerja perempuan adalah sebagai berikut:

Biaya intervensi

Pertumbuhan PDB (poin persentase di atas baseline (pada tahun 2030))

Proyeksi Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan (hingga tahun 2030)

 Komitmen Kebijakan Acuan

Skenario baseline: tingkat investasi saat ini dipertahankan (0,04% dari PDB)

-

53,5%

Tidak ada

Skenario 1: Investasi pengasuhan anak adalah 0,1% dari PDB

0,40%

56,2%

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional/RPJMN (2020-2024) Target: 55%

Skenario 2: Investasi pengasuhan anak adalah 0,5% dari PDB

0,69%

58,3%

Komitmen G20 sebesar 58% pada tahun 2025

 

Kajian ini menunjukkan bahwa Indonesia akan mendapat manfaat dari pembelanjaan yang lebih besar untuk layanan pengasuhan anak. Untuk merealisasikan kenaikan tersebut, Indonesia dapat mempertimbangkan beberapa aksi kebijakan . Pertama, mengembangkan visi dan peta jalan yang komprehensif yang menguraikan kebijakan, target, dan tujuan nasional, serta memperjelas peran dan tanggung jawab kementerian terkait maupun lintaslembaga pemerintahan untuk mendukung peningkatan ketersediaan layanan pengasuhan anak.

Kedua, merancangsecara saksama dan menyalurkan stimulus fiskal untuk layanan pengasuhan anak, terutama ditargetkan kepada anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah dan kurang beruntung, serta mempromosikan berbagai layanan dan solusi untuk keluarga dengan anak, sejak anaknya lahir hingga berusia enam tahun, yang dapat memungkinkan orang tua untuk bekerja.

Ketiga, menjalankan investasi yang mendukung seluruh ekonomi perawatan. Dengan adanya stimulus fiskal yang berfokus pada perluasan layanan pengasuhan anak, kemungkinan juga akan menumbuhkan kebutuhan tenaga kerja yang signifikan dan layanan pendukung lainnya untuk menumbuhkan sektor ini. Perluasan layanan pengasuhan anak juga memerlukan dukungan dari pengusaha, terutama pengusaha perempuan, untuk mendirikan dan menjalankan bisnis pengasuhan anak.

Terakhir, terus menggaungkan ajakan terkait norma-norma sosial yang berkembang melalui kegiatan kampanye informasi dan sosialisasi.

Dengan berinvestasi pada sumber daya yang belum dimanfaatkan ini, artinya Indonesia berinvestasi untuk masa depannya.

 


Authors

Anna O'Donnell

Lead Social Development Specialist

Join the Conversation

The content of this field is kept private and will not be shown publicly
Remaining characters: 1000