Pandemi COVID-19 telah menyebabkan para guru di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, untuk cepat beradaptasi dan mengembangkan keterampilan baru mengajar secara daring. Di sisi lain, bentuk dukungan pelatihan yang mereka terima juga telah berubah menjadi format virtual. Alhasil, kebutuhan pelatihan daring untuk guru melonjak selama masa pandemi.
Laporan Bank Dunia yang berjudul The Digital Future of Teacher Training in Indonesia : What’s Next? yang didanai oleh Pemerintah Australia, berusaha memahami upaya pelatihan daring untuk guru-guru di Indonesia selama ini, seperti bagaimana pandangan mereka terhadap pelaksanaan dan efektifivitas pelatihan tersebut. Temuan studi ini menunjukkan bahwa meskipun banyak guru yang ingin mendapatkan pelatihan daring, akses dan dampaknya tidak merata . Sehingga, jika sejumlah perbaikan dilakukan, kemungkinannya akan memberikan dampak yang lebih efektif dari pelatihan pengembangan profesional ini.
Laporan yang berdasarkan analisis survei menggunakan telepon dilakukan pada bulan Februari-Maret 2021. Survei melibatkan 435 guru sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di 30 provinsi Indonesia. Berikut temuannya:
Ada permintaan yang tinggi untuk pelatihan secara daring untuk guru. Sekitar 1,15 juta guru atau 44 persen dari seluruh guru SD dan SMP di Indonesia telah mengikuti pembelajaran daring selama pandemi. Meskipun 75 persen dari guru-guru itu mengatakan mereka belum pernah mengikuti pelatihan secara daring sebelumnya, 89 persen mengatakan mereka ingin sekali terus mengikuti pelatihan tersebut. Penutupan sekolah mendorong banyak guru untuk mengatasi rintangan psikologis dan teknis untuk berpartisipasi dan memaksa mereka untuk berinovasi dan beradaptasi (Bhardwaj, Yarrow dan Cali, 2020). Pembatasan mobilitas meningkatkan kesempatan belajar secara daring untuk guru, yang diperkirakan akan terus berlangsung.
Tingkat partisipasi dan penyelesaian pelatihan daring untuk guru tidak merata. Dari guru yang tidak mengikuti pelatihan daring, sepertiganya memberikan alasan terkait akses internet yang kurang memadai, sementara 30 persen lainnya tidak mengetahui tentang program pelatihan . Tingkat penyelesaian pembelajaran daring lebih tinggi untuk guru yang tinggal di daerah perkotaan (92 persen), di mana mereka memiliki koneksi internet yang lebih baik dibandingkan dengan guru yang tinggal di pedesaan (74 persen).
Tingkat penyelesaian pelatihan lebih tinggi ketika dihubungkan dengan promosi. Hasil survei menunjukkan, 97,9 persen guru menyelesaikan pelatihan jika dihubungkan dengan promosi karir. Dibandingkan ketika pelatihan dilaksanakan berdasarkan permintaan kepala sekolah, 79,6 persen guru menyelesaikan pelatihan.
Namun secara keseluruhan, hasil survei menunjukkan masih banyak yang dapat dilakukan untuk merancang program yang dapat mendukung dan memotivasi guru untuk menyelesaikan pelatihan dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Lebih dari setengah guru yang merespons survei membutuhkan dukungan lanjutan untuk menerapkan apa yang telah mereka pelajari ketika mereka mengajar di kelas. Bukti menunjukkan bahwa hanya beberapa program pelatihan daring menyertakan poin-poin yang diperlukan bagi guru untuk dapat meningkatkan keterampilan mengajar dan mendorong mereka mempraktikkan teknik baru dalam melatih siswa atau keterampilan dalam melatih siswa dan memberikan masukan kepada mereka.
Laporan menyertakan beberapa rekomendasi agar pelatihan guru secara daring lebih efektif:
Pada tingkat program
- Integrasikan praktik mengajar ke dalam kurikulum guru dan berikan dukungan tindak lanjut bagi guru. Sebagai contoh, program virtual berbasis tindak lanjut secara reguler yang mengharuskan guru untuk merekam pengajaran mereka lalu membagikan rekaman tersebut dengan pelatih atau mentor mereka untuk mendapatkan umpan balik secara langsung dan detil, kemungkinan akan lebih efektif. Teacher Professional Development (TPD) dari negara lain yang sukses menunjukkan, bahwa pemberian umpan balik untuk guru selama program pelatihan daring menghasilkan peningkatan dalam pembelajaran (Allen et al., 2011; Powel dkk, 2010; Cilliers dkk, 2021).
- Menyediakan lebih banyak variasi jenis pelatihan, terutama untuk subjek mata pelajaran tertentu. Untuk guru dengan keterampilan yang rendah, selain mereka perlu belajar bagaimana memberikan pengajaran daring dengan menggunakan teknologi saat ini, mereka juga perlu belajar bagaimana meningkatkan keterampilan dan pengetahuan di subjek mata pelajaran terkait untuk membantu proses pemulihan siswa dari learning loss yang terjadi akibat pandemi.
- Ketika sekolah dibuka kembali dan pembatasan sosial dicabut, adopsi model pembelajaran campuran (blended/hybrid) untuk program pelatihan guru yang lebih berdampak dan dapat diperluas. Model ini dapat menggunakan metode tatap muka, sehingga membantu pada awal program pelatihan untuk observasi secara langsung, diikuti dengan pelatihan daring dan pendampingan.
Pada tingkat sistem
- Kumpulkan dan bagikan informasi tentang program daring. Hal ini termasuk informasi tentang konten pelatihan, durasi pelatihan, modalitas, dan biaya program pelatihan. Informasi tersebut akan membantu pemerintah di semua jenjang dan sektor swasta untuk mengidentifikasi kekurangan yang ada dan membantu guru untuk mengakses dan memilih pelatihan yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka.
- Tetapkan standar dan regulasi terkait kualitas. Ini dapat dilakukan dengan memberikan lebih banyak informasi tentang berbagai modalitas pelatihan dan efektivitasnya, memastikan perlindungan dan keamanan data, dan mendorong pembelajaran yang fleksibel, dimana hal-hal tersebut diperlukan untuk menjawab kondisi terkait berbagai tingkat keterampilan dan tantangan para guru.
- Ukur dampak dan efektivitas biaya program pelatihan daring. Meskipun terkesan rumit, mengukur dampak pelatihan pada praktik guru dan hasil belajar siswa penting untuk menjustifikasikan pengeluaran biaya program dan memberikan informasi kepada guru maupun penyedia layanan mengenai pendekatan mana yang paling efektif.
- Meningkatkan infrastruktur dan konektivitas digital Indonesia untuk sekolah, guru, dan siswa. Guru di daerah pedesaan menghadapi lebih banyak kesulitan mengakses program pelatihan daring karena konektivitas internet yang lemah. Memastikan akses bandwidth internet dan perangkat keras yang memadai secara merata bagi guru untuk pelatihan daring adalah hal yang krusial.
- Memastikan keamanan data dan pemahaman guru dalam hal ini. Guru perlu waspada terhadap privasi dan perlindungan data dan memahami tantangan baru saat bekerja di lingkungan digital. Hal ini akan membantu pencegahan penyalahgunaan data.
Meskipun ada permintaan yang tinggi akan pelatihan guru secara daring, agar efektif harus diimbangi dengan peningkatan infrastruktur digital dan program pelatihan berkualitas yang akan mendukung guru mempraktikkan apa yang telah mereka pelajari. Guru adalah aktor kunci dalam pendidikan yang bermutu. Dengan meningkatkan kualitas program pelatihan daring, guru dapat memberikan kontribusi yang besar bagi pembangunan modal manusia Indonesia.
Join the Conversation