Meskipun urbanisasi membuka ruang untuk beragam manfaat — seperti meningkatkan kesejahteraan, menciptakan kota yang lebih layak huni, serta masyarakat yang lebih inklusif — tapi urbanisasi juga membawa beberapa risiko tertentu. Perkembangan kota yang cepat, meningkatkan ancaman banjir bagi harta benda dan manusia. Pembangunan kota dapat menyebabkan hilangnya area resapan sehingga mengurangi kemampuan air untuk meresap ke tanah. Ini menyebabkan meningkatnya limpasan air hujan, debit puncak, dan sedimentasi sehingga menyebabkan banjir perkotaan seperti yang dialami oleh Tuti, Shyntia, dan Edi dalam video di atas. Seiring dengan perkembangan perkotaan di Indonesia, risiko banjir akan semakin meningkat.
Untuk memitigasi ancaman ini, kota-kota memerlukan kombinasi strategi investasi infrastruktur “abu-abu” dan “hijau”. Solusi berbasis alam dan infrastruktur hijau dapat meningkatkan ketangguhan suatu kota sekaligus menyediakan manfaat tambahan seperti keberlanjutan lingkungan hidup dan ekowisata. Indonesia telah mengeksplorasi bagaimana pendekatan yang peka air dapat diimplementasikan di wilayah perkotaan seperti di Kota Bogor.
Selain itu, adanya bencana pandemi COVID-19 memperlihatkan bahwa strategi di atas menjadi sangat penting dalam mitigasi banjir perkotaan. Bencana yang terjadi, di saat bersamaan dapat memperburuk dampak dan penyebaran penyakit, sehingga semakin membebani layanan darurat dan sumber daya kesehatan masyarakat. Tanggap darurat bencana menjadi semakin rumit karena perlunya melakukan protokol kesehatan seperti menjaga jarak, praktik higienis ketika prosedur evakuasi dan tanggap bencana, juga menjaga protokol kesehatan di tempat pengungsian korban banjir.
Karenanya, sangat penting untuk memastikan desain upaya meningkatkan ketangguhan banjir dipadukan dengan pertimbangan kesehatan masyarakat.
Selain dapat memitigasi risiko bencana, intervensi ketangguhan banjir perkotaan juga bisa memberikan manfaat tambahan kesehatan fisik dan mental masyarakat sekitar. Akses ruang terbuka hijau bagi publik untuk berolahraga bisa mendukung penguatan sistem imun tubuh. Infrastruktur hijau multifungsi yang dirancang untuk mitigasi bahaya banjir bisa menyediakan ruang terbuka bagi warga kota yang dibangun dalam beragam konfigurasi spasial, serta dapat menyediakan berbagai peluang untuk kegiatan rekreasi. Misalnya, jalur sepanjang sisi dan koridor sungai dan anak sungai, dan ruang terbuka hijau bisa menjadi lokasi untuk melakukan berbagai kegiatan dan olahraga.
Beragam alat perencanaan dapat membantu merawat dan melindungi infrastruktur hijau yang telah ada juga untuk mengembangkan proyek baru. Berikut ini adalah beberapa pertimbangan utama untuk mengembangkan ruang terbuka hijau yang multifungsi:
- Di banyak kota, keberadaan lahan merupakan hal yang langka, sehingga penting memprioritaskan lanskap yang sudah ada yang telah menyediakan fungsi mitigasi atau pengendalian banjir. Ruang terbuka yang sudah ada dapat didesain atau disesuaikan agar menjadi lebih multifungsi untuk manajemen banjir, tindakan kedaruratan dan rekreasi.
- Seluas apa ruang terbuka hijau multifungsi yang dibutuhkan kota? Idealnya, ruang terbuka hijau harus dapat diakses masyarakat dan tersedia secara proporsional sesuai dengan populasi kotanya. Beberapa standar internasional merekomendasikan bahwa masyarakat selayaknya dapat mengakses ruang terbuka hijau dalam jangkauan 15 menit berjalan kaki. Di Indonesia, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menyarankan alokasi 1m2 per kapita di setiap rukun tetangga (RT). Ruang terbuka hijau ini dapat membentuk sistem ruang terbuka hijau yang saling terhubung dengan beragam jenis dan skala ruang.
- Memperlebar jalur pejalan kaki dan mengurangi penghalang seperti pot tanaman untuk mengakomodasi jarak antara pejalan kaki, kendaraan dan pengguna sepeda. Bilamana memungkinkan, sediakan pintu masuk dan keluar yang terpisah.
- Lakukan pemilihan spesies tanaman dengan cermat yaitu yang mampu bertahan ketika banjir, polusi dan kekeringan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat (misalnya tanaman serai, rumput akar wangi/vetiver dan rumput perbatasan liriope/lilyturf yang sesuai untuk sistem bioretensi di daerah tropis).
- Taman multifungsi juga dapat berperan sebagai tempat sementara untuk penyimpanan air banjir, Agar kapasitas tampungan bisa dipertahankan, sangat penting untuk mengalirkan air keluar secara terkendali. Dalam hal meningkatkan mutu air, air tampungan dapat digunakan untuk melakukan irigasi sarana umum seperti sekolah dan kampus.
- Lakukan pemeliharaan secara rutin. Pemeliharaan berkala membantu pemerintah kota untuk menjaga aspek estetika dan performa pengendalian banjir dari, serta menghindari biaya tinggi apabila dibutuhkan restorasi.
Melalui kolaborasi lintas disiplin seperti perencanaan tata kota, kebijakan publik dan penanggulangan risiko bencana yang mengintegrasikan infrastruktur fisik-hijau dalam lanskap perkotaan, maka kita akan dapat menciptakan kota yang lebih tangguh dan masyarakat yang lebih sehat.
Bank Dunia mendukung pemerintah Indonesia dalam program ketangguhan banjir perkotaan, melalui program National Urban Flood Resilience Project dan dukungan teknis didanai oleh Global Facility for Disaster Reduction and Recovery (GFDRR) dan Indonesia Sustainable Urbanization Multi-Donor Trust Fund (IDSUN). Hasil dari program nasional untuk ketangguhan banjir perkotaan akan memberikan manfaat tambahan termasuk pengembangan ruang terbuka hijau yang sehat sehingga meningkatkan kesehatan masyakat secara keseluruhan.
Selengkapnya:
- Laporan: Cities and Flooding: A Guide to Integrated Urban Flood Risk Management for the 21st Century
- Blog: Urban flood resilience in Indonesia: New approaches through an urban design lens
- Blog: Using green infrastructure to control urban floods: a win-win for cities
- Blog: How can we ensure that we build water and climate resilient cities?
Join the Conversation