Beberapa tahun yang lalu, saya mendapat kesempatan berenang di sebuah kolam renang berukuran besar, dengan air hangat, di luar ruangan, saat musim dingin. Mungkin ini seperti sebuah hal yang mewah, dan di banyak tempat memang demikian. Tapi di Islandia, kita bisa berenang sepanjang tahun di kolam renang panas bumi. Islandia terletak di atas perbatasn lempengan tektonik Eurasia dan Amerika Utara, yang secara perlahan sedang bergerak saling menjauh, sehingga menjadi sumberdaya panas bumi yang luar biasa. Selain kolam renang luar ruangan sepanjang tahun, sumberdaya terbarukan ini juga digunakan untuk pemanas ruangan, air panas, dan listrik.
Menurut Otoritas Energi Nasional Islandia, sekitar 25 persen listrik di negara tersebut dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga panas bumi (data 2008). Manfaat lingkungan hidupnya seperti sebuah mimpi: polusi hampir tidak ada, ongkos operasional kecil, pembangkitan listrik konsisten, dan energi ini terbarukan.
Dengan banyaknya area panas bumi di dunia, kita membayangkan pembangkit listrik panas bumi seharusnya sudah dibangun di banyak tempat. Namun, menurut Katherine Baragona, spesialis pendanaan infrastruktur Bank Dunia, tenaga panas bumi tidak menarik perhatian para investor seperti halnya tenaga angin atau surya. Dalam sebuah artikel di Handshake, jurnal tentang kerjasama pemerintah dan swasta, ia menjelaskan yang menghambat pendanaan lebih banyak adalah besarnya biaya di muka untuk membangun sebuah pembangkit listrik tenaga panas bumi. Biayanya sangat tinggi, sehingga sulit menarik para investor. Juga ada kekhawatiran kemungkinan terjadinya bencana gempa bumi yang dipicu aktivitas manusia. Mengingat besarnya potensi bencana terkait iklim (misalnya, tenggelamnya Kepulauan Maldives atau sebagian dari Bangladesh), menurut saya kekhawatiran terhadap tenaga panas bumi sulit dimengerti – aktivitas manusia memang sering menciptakan getaran.
Dalam artikel tersebut, Katherine optimis mengenai prospek panas bumi. Siapapun yang pernah berenang di kolam renang luar ruangan pasti akan setuju. Panas yang dihasilkan Bumi luar biasa; kalau kita bisa memanfaatkan sebagian saja, kita bisa menggunakan energi tanpa khawatir mengenai dampak terhadap lingkungan hidup.
Perkembangan akhir-akhir ini cukup menjanjikan. Bulan lalu, Indonesia, pemilik cadangan panas bumi terbesar dunia, mengambil langkah penting dengan dukungan Bank Dunia, yang telah memberi pinjaman $300 juta untuk membangun beberapa pembangkit listrik tenaga panas bumi. Memang Indonesia tidak memerlukan kolam renang air hangat luar ruangan, tapi beberapa pembangkit listrik baru bisa berkontribusi besar bagi negara tersebut untuk memenuhi kebutuhan listrik yang ramah lingkungan.
Menurut saya, setiap negara yang memiliki potensi panas bumi harus sibuk mengembangkannya. Biayanya mungkin akan mahal di tahap awal, tapi banyak generasi bisa menerima manfaat dari energi bersih dan murah dengan teknologi yang sudah ada. Jadi kenapa harus menunggu teknologi surya atau angin untuk semakin berkembang kalau kita bisa memanfaatkan panas bumi saat ini?
Tulisan ini merupakan yang pertama dari serangkaian artikel mengenai PPP dan perubahan iklim. Materi lain mengenai topic ini tersedia di edisi terakhir Handshake, jurnal IFC tentang PPP.
Join the Conversation