Jika pendapatan dari usaha milik perempuan meningkat menjadi sebanding dengan usaha milik laki-laki, maka perekonomian Indonesia dapat menghasilkan lebih dari US$428 juta per tahun. Jika tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan meningkat menjadi 58 persen, yang merupakan komitmen Indonesia saat G20, pertumbuhan PDB dapat meningkat sebesar 0,7 persen dan menambah sebesar US$62 miliar untuk perekonomian.
Indonesia menghadapi kesenjangan gender dalam perekonomiannya. Tantangan dan hambatan gender yang terus-menerus menghambat negara untuk merealisasikan “skenario jika” menjadi kenyataan. Karena adanya kesenjangan seperti pekerjaan perawatan yang tidak dibayar, segregasi gender dalam pekerjaan, diskriminasi di sektor yang didominasi laki-laki, dan akses keuangan dan modal yang terbatas, perempuan berjuang untuk meningkatkan keterlibatan mereka di sektor swasta, baik sebagai karyawan maupun pengusaha. Pandemi COVID-19 memperburuk kesenjangan ini dimana 1,3 juta perempuan meninggalkan pasar kerja karena kehilangan pekerjaan dan usaha yang ditutup.
Kendala-kendala ini menggarisbawahi stagnasi dalam tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan Indonesia, berkisar 50 persen selama 25 tahun terakhir, di samping pertumbuhan usaha perempuan yang tidak dapat diprediksi. Meskipun Indonesia memiliki banyak pengusaha perempuan— dengan perempuan yang memiliki dan mengoperasikan lebih dari 50 persen usaha mikro, kecil, dan menengah— tapi potensi pertumbuhannya masih terbatas. Dibandingkan dengan laki-laki, pengusaha perempuan memiliki tingkat aset usaha yang lebih rendah, terpusat pada sektor produktivitas rendah, mempunyai ketergantungan yang lebih tinggi terhadap tabungan, dan memiliki setengah jumlah modal awal untuk memulai dan mengembangkan usaha mereka.
Mobilisasi sektor pemerintahan dan swasta yang berkelanjutan dan terpadu diperlukan untuk membuka lonjakan keuntungan ekonomi dan sosial ini ke pasar jika Indonesia ingin mengubah estimasi ekonomi dari skenario menjadi kenyataan.
Apa yang harus dilakukan untuk merealisasikan skenario tersebut? Kabar baiknya adalah timbulnya momentum untuk bertindak dari Pemerintah, organisasi masyarakat sipil (CSO), sektor swasta, dan sektor publik. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah mengambil langkah-langkah yang jelas melalui dukungan sektor swasta dan Pemerintah untuk mengatasi tantangan yang ada. Intervensi oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dalam pembiayaan, pembinaan, dan peningkatan kapasitas digital telah menghasilkan penurunan Indeks Kesenjangan Gender Global terkait Indonesia, mengurangi kesenjangan sebesar 7 poin persentase dari 2019 hingga 2022. Sebagai ketua kelompok G20 Empower, Indonesia memelopori kolaborasi Pemerintah-swasta untuk mempercepat aksi dalam mendukung kepemimpinan dan pemberdayaan perempuan di perusahaan rintisan (startup), manajemen investasi, dan komunitas usaha di pedesaan. Melengkapi aksi tersebut, asosiasi bisnis seperti Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), bersama CSO seperti Women’s World Banking, terus memberdayakan perempuan dalam ekonomi melalui program yang responsif, dialog kebijakan kolaboratif, dan kegiatan advokasi yang inklusif.
Untuk mendukung kegiatan yang sedang berlangsung ini, Bank Dunia bekerja sama dengan pihak swasta dan Pemerintah untuk memantau kemajuan dan mendorong dialog terkait kebijakan untuk membangun ekosistem yang mendukung pertumbuhan usaha kecil dan menengah milik perempuan (WSME).
Sebagai hasil dari berbagai kegiatan ini, tim Finance Competitiveness and Innovation (FCI) Bank Dunia baru saja menyelesaikan Laporan Opening Opportunities dan telah meluncurkan Indonesian Women in SMEs Dashboard atau Dasbor interaktif Perempuan Indonesia dalam UKM. Laporan ini adalah upaya bersama FCI dan Gender Innovation Lab yg mengevaluasi kendala-kendala yg mengikat dunia kewirausahaan perempuan di Indonesia. Laporan ini juga memberikan rekomendasi untuk meningkatkan ekosistem bisnis bagi UMKM perempuan. Dasbor interaktif ini berfungsi sebagai one-stop-shop yang merujuk laporan Bank Dunia yang berfokus pada gender dan pengumpulan data baru. Dasbor ini adalah platform yang interaktif, terbuka, dan hidup, mengagregasi hasil dari upaya-upaya kolaboratif, dan bertindak sebagai penyelenggara virtual untuk berbagai kegiatan tersebut. Hal ini akan menjadi alat untuk memantau kemajuan indikator-indikator utama yang berhubungan dengan partisipasi perempuan dalam perekonomian dan mendukung dialog kebijakan di Indonesia.
Rina Zoet, mantan co-chair G20 Empower dan koordinator IWAPI dan salah satu pendukung utama untuk Laporan dan Dasbor memberikan masukan terkait celah yang diisi oleh inisiatif ini dalam mendorong upaya kolaboratif Pemerintah-swasta:
Join the Conversation