Pandemi COVID-19 mengakibatkan terjadinya kemunduran akademis di banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah serta memperluas kesenjangan pendidikan karena perbedaan akses teknologi. Para ahli pendidikan telah menggarisbawahi tentang pentingnya menilai hasil pembelajaran secara lebih rutin, sehingga guru dapat memberikan pembelajaran sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Penggunaan teknologi dalam pendidikan kini sangat penting untuk proses belajar mengajar.
Tantangan utama yang dihadapi saat pandemi ini adalah bagaimana teknologi dapat memberdayakan sekolah dan orang tua di daerah terpencil untuk mendapatkan informasi hasil belajar melalui media yang dapat diakses dan berguna bagi mereka. Apa pertimbangan, tantangan, dan solusi utama yang harus diperhitungkan? Kami membagikan pengalaman dan pelajaran penting dari pengembangan, implementasi, dan pengarusutamaan sebuah solusi teknologi.
Beberapa negara berpenghasilan rendah dan menengah seperti India, Uganda, dan Malawi telah melakukan penilaian belajar yang dipimpin oleh masyarakat (citizen-led learning assessment), diseminasi hasil pembelajaran, dan pemantauan berbasis masyarakat untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negara mereka. Di Indonesia, melalui program rintisan KIAT Guru, Bank Dunia memberikan dukungan teknis kepada pemerintah untuk mengujicoba pendekatan serupa yang dikombinasi dengan tunjangan berbasis kinerja guru guna meningkatkan layanan pendidikan di daerah perdesaan yang miskin dan terpencil.
Dalam pelaksanaan KIAT Guru, masyarakat dapat memantau dan menilai hasil belajar siswa melalui Tes Cepat, sebuah tes diagnostik untuk literasi dan numerasi dasar. Awalnya, Tes Cepat dikembangkan secara manual menggunakan penilaian berbasis kertas dan digunakan di 203 Sekolah Dasar (SD) terpencil di lima kabupaten. Ketika pemerintah memperluas pelaksanaan program ke 410 SD di lima kabupaten, Tes Cepat dikembangkan menjadi sebuah aplikasi versi ponsel untuk mendukung peningkatan partisipasi masyarakat setempat dalam menggunakan, mengelola, dan menafsirkan hasil penilaian pembelajaran.
Perwakilan dari pihak sekolah, pemerintah kabupaten, dan pemerintah pusat terlibat dalam pengembangan aplikasi Tes Cepat, karena merekalah yang akan menggunakannya. Partisipasi mereka membantu memastikan semua pengguna dapat mengumpulkan data dan memanfaatkan hasil tes.
Fitur utama aplikasi ini adalah kode QR, yang dapat digunakan secara luring (offline) dalam membaca hasil tes individual melalui ponsel, kemudian diproses menjadi hasil tingkat kelas dan sekolah. Pengadaan fitur luring ini sangat penting bagi masyarakat di daerah terpencil, karena hanya sekitar 30 persen desa yang memiliki sambungan internet.
Ketika pelatihan aplikasi Tes Cepat diluncurkan di lokasi KIAT Guru, tantangan baru muncul, yaitu terbatasnya kapasitas sumber daya manusia. Aplikasi Tes Cepat membutuhkan relawan komunitas yang memiliki kemampuan membaca agar dapat mengoperasikan ponsel pintar. Sayangnya, hanya sedikit orang di desa lokasi program yang memenuhi kriteria tersebut. Selain itu, di sebagian desa hanya terdapat satu ponsel pintar, yaitu yang disediakan oleh KIAT Guru. Di desa seperti ini, jika masyarakat bersedia menjadi relawan dan mengikuti pelatihan, maka mereka bisa menjadi penilai di desa tersebut.
Sebelum pandemi COVID-19, kami berkesempatan mengikuti pelatihan aplikasi Tes Cepat di sebuah desa di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Riana, seorang fasilitator KIAT Guru, memimpin peserta dalam pelatihan mulai dari pengenalan fitur aplikasi sampai langkah-langkah penggunaan sebagaimana dijelaskan dalam pedoman administrasi Tes Cepat digital.
Salah satu peserta pelatihannya, yaitu ibu dari seorang siswa, memegang ponsel pintar untuk pertama kalinya. Jari-jarinya tampak gemetar dan suaranya bergetar saat dia membaca instruksi di aplikasi Tes Cepat. Namun di akhir pelatihan, dia menjadi lebih percaya diri dalam menggunakan ponsel. Kami juga mendengar pernyataan gembira ketika hasil penilaian dipresentasikan kembali kepada para peserta pelatihan melalui sebuah tampilan ringkasan beserta informasi tertulis di aplikasi. Meski pelatihan memakan waktu tiga hingga empat jam, metode pembelajaran yang diterapkan memberikan pengalaman yang menyenangkan untuk peserta.
Tantangan yang berbeda seringkali menuntut solusi yang berbeda, terutama bagi masyarakat tertinggal dengan penggunaan teknologi yang terbatas. Karena Tes Cepat membutuhkan pelatihan yang intensif, pada masa pandemi ini, tim KIAT Guru juga menyiapkan media alternatif yang dapat digunakan secara manual (berbasis kertas) yang berisi kumpulan 10 soal. Dengan aplikasi Microsoft Excel sederhana, guru dapat dengan cepat memetakan hasil dan mengelompokkan siswa sesuai dengan kemampuannya. Dokumen penilaian manual tersebut telah digunakan dan membantu 350 guru menilai lebih dari 33.000 siswa tanpa mengharuskan mereka menjalani pelatihan apa pun.
Saat pandemi melanda Indonesia pada pertengahan Maret 2020, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyadari pentingnya mendorong guru untuk mengajar sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, daripada bersikeras menyelesaikan target kurikulum. Berdasarkan pengalaman dan pembelajaran dari Tes Cepat, Kemdikbud mengembangkan AKM Kelas, sebuah aplikasi berbasis Android yang membantu guru untuk mengelola dan mengidentifikasi hasil belajar siswa mereka dalam rangkaian kemampuan literasi dan numerasi dasar secara nasional.
Pada akhirnya mengukur hasil belajar siswa, atau pengumpulan data di sektor pembangunan lainnya, harus selalu disertai dengan upaya untuk membagikan data dan informasi kembali kepada pihak sekolah dan masyarakat yang membutuhkannya.
Related:
Join the Conversation